About Us

 

SEJARAH SINGKAT “TOKO STOP NARKOBA”

Penyalahgunaan dan peredaraan gelap Narkoba sudah menjadi suatu kejahatan yang teroganisir dan berskala internasional. Para pelaku kejahatan ini adalah para sindikat yang sangat profesional dan militan. Peredaran gelap Narkoba dilakukan secara terorganisir dengan rapi, sistematis, menggunakan modus operandi yang berubah-ubah, didukung oleh dana yang tidak sedikit dan dilengkapi dengan alat serta peralatan yang berteknologi tinggi dan canggih.

Indonesia menjadi sasaran penyelundupan Narkoba dari sindikat internasional, tidak terlepas dari sejumlah faktor, diantaranya adalah jumlah penduduknya yang besar, perkembangan ekonomi Indonesia yang terbilang tinggi menjadi daya tarik bagi sindikat narkoba. maraknya Narkoba diselundupkan ke Indonesia antara lain disebabkan luasnya perairan Indonesia dan keterbatasan petugas, tidak dapat dipungkiri juga adanya permintaan turut menjadi pemicu.

Permasalahan yang kompleks dengan iming – iming bisnis Narkoba yang menggiurkan menjadikan sebuah tantangan yang tersendiri dalam merubah kawasan rawan Narkoba menjadi daerah yang bersih dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba serta menjadi daerah yang legal produktif. Upaya ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan semata tanpa adanya hambatan, baik itu dari segi mindset masyarakat yang enggan berubah bahkan dari pihak-pihak terkait yang kurang peduli untuk melakukan hal yang serupa dengan Direktorat Pemberdayaan Alternatif BNN.

Program Pemberdayaan Alternatif merupakan proses interaktif dalam membangun masyarakat yang  berada di kawasan rawan penyalahgunaan Narkoba melalui proses kerjasama yang melibatkan masyarakat setempat dan instansi, sehingga dapat merubah mindset (pola pikir) para pelaku kejahatan Narkoba dan juga merubah pekerjaan yang awalnya illegal menjadi pekerjaan legal dan mampu hidup secara mandiri tanpa bersentuhan lagi dengan Narkoba. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian pemerintah, dalam hal ini BNN melalui Direktorat Pemberdayaan Alternatif guna mengurangi tingkat keparahan yang terjadi pada masyarakat yang rawan akan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

Kegiatan pemberdayaan alternatif mempunyai tujuan merubah kawasan rawan Narkoba menjadi lingkungan yang bersih Narkoba dengan melakukan pengorganisasian / menggerakkan masyarakat untuk bersama-sama sadar dan peduli untuk menciptakan lingkungan yang bersih dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, legal, produktif, mandiri dan memiliki kegiatan yang positif.

Berawal dari keprihatinan akan maraknya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang menyasar semua kalangan masyarakat, yang tidak mengenal usia, kelompok masyarakat dan jenis pekerjaan. Dari sini semakin marak pula kawasan rawan Narkoba di Indonesia, dimana ada 654 kawasan rawan Narkoba di seluruh Indonesia. Hal ini merupakan ancaman serius bagi bangsa Indonesia karena jumlah kawasan rawan Narkoba ini jika dibiarkan akan semakin bertambah.

Tugas Direktorat Pemberdayaan Alternatif dalam membina kawasan rawan Narkoba tersebut merupakan tugas yang berat, karena harus merubah kawasan tersebut sehingga terwujud lingkungan yang bersih Narkoba. Pada kawasan rawan Narkoba tersebut terdapat banyak bandar Narkoba, pengedar, kurir dan tentunya penyalahgunaan Narkoba, dimana mereka adalah generasi penerus bangsa yang akan meneruskan cita-cita besar bangsa Indonesia. Kita semua yakin bahwa untuk mewujudkan Indonesia bersih dari Narkoba maka haruslah merubah sejumlah 654 kawasan rawan Narkoba tersebut sehingga terwujudnya kawasan bersih Narkoba, produktif, inovatif, kreatif dan mandiri.

Direktorat Pemberdayaan Alternatif dalam membina kawasan rawan Narkoba, telah membina di seluruh Indonesia, dimana BNN RI memiliki instansi vertikal yaitu BNNP di tingkat provinsi dan BNNK di tingkat kabupaten / kota. Seperti kita ketahui bahwa BNN telah membina di kawasan rawan Narkoba seperti Komplek Permata, Kampung Boncos, Kampung Pertanian, Johar Baru, Menteng Tengulun, Kel. Pasar Baru, Kampung Muara Bahari di DKI Jakarta, Kampung Beting di Kalimantan Barat, Kampung Kubur di Sumatera Utara, Kampung Vietnam di Papua dan pembinaan di provinsi Aceh yang terdapat ladang ganja dan petani ganjanya, serta masih banyak lagi.

Keberhasilan BNN dalam hal ini adalah Direktorat Pemberdayaan Alternatif merupakan sebuah keberhasilan yang melibatkan beberapa pihak, yaitu adanya peran aktif masyarakat yang sadar akan bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, sehingga berubah mindsetnya. Selain itu adanya kerjasama yang baik lintas sektoral, yaitu instansi pemerintah daerah, aparat penegak hukum dan sektor swasta / usaha.

Dari semua pembinaan, sudah dilakukan secara maksimal, mulai dari pemetaan, pengembangan kapasitas, monitoring dan evaluasi serta tidak henti-hentinya mengajak seluruh Stakeholder dan komponen bangsa untuk berupaya dalam merubah kawasan rawan Narkoba sehingga terwujud kawasan yang bersih Narkoba. Tidak berhenti di situ saja, warga binaan BNN diajak untukmenjual hasil produknya dalam acara-acara / kegiatan pameran baik itu yang diadakan oleh BNN, undangan K / L dan swasta. Kemudian ibu Kepala BNN RI saat ini sangat antusias dan peduli terhadap warga binaan, dimana selalu diajak untuk mengikuti pameran dan memperkenalkan produk-produk hasil binaan BNN. Dari semangat itu, kegiatan warga binaan tidak lepas dari perhatian Kepala BNN RI untuk memberikan sesuatu yang lebih bermanfaat dalam hasil produknya dan bersaing secara baik dengan memanfaatkan IT, akhirnya beliau meminta kerjasama dengan PT Asli Rancangan Indonesia (ASLI RI) untuk membantu membesarkan produk warga binaan melalui aplikasi untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas.

Kemudian atas ide Kepala BNN RI, Komjen Pol. Drs. Heru Winarko, S.H, saat ini, BNN telah memiliki aplikasi Online Shop yang bernama TOKO STOP NARKOBA hasil kerjasama antara BNN dan PT Asli Rancangan Indonesia (ASLI RI). TOKO STOP NARKOBA ini menjadi sarana dalam menjual hasil karya warga binaan BNN, antara lain Handycraft (Clutch pandan, Kerudung lukis, Tas kanvas lukis), aksesoris dan kuliner. Dengan adanya TOKO STOP NARKOBA diharapkan dapat menjadi penghubung bagi warga binaan BNN dalam memasarkan dan mengenalkan produk mereka ke seluruh Indonesia dan dunia internasional sehingga mereka mampu merubah hidup dan lebih berkarya lebih maju dan lebih kreatif kedepannya.

 

A BRIEF HISTORY OF “TOKO STOP NARKOBA”

The abuse and illicit trafficking of narcotics have become an organized and international crime. The perpetrators of these crimes are very professional and militant syndicates. Illegal trafficking of narcotics is carried out in a neatly organized, systematic manner, using a changing modus operandi, supported by large funds and equipped with high-tech and sophisticated tools and equipment.

Indonesia is the target of drug smuggling from international syndicates, can not be separated from a number of factors, among them is the large population, Indonesia’s relatively high economic development is an attraction for drug syndicates. The proliferation of narcotics smuggled into Indonesia is partly due to the vastness of Indonesian waters and the limitations of officers. It is undeniable that the demand for drugs also triggers the rise of drug problems.

Complex problems with the lure of a lucrative drug business make it a challenge to change drug-prone areas becoming an area that is clean from the abuse and illicit trafficking of narcotics and becoming a legal productive area. This effort is not easy without obstacles, both in terms of the mindset of people who are reluctant to change even from the concerned parties who are less concerned to do things similar to the NNB’s Directorate of Alternative Development.

The Alternative Development Program is an interactive process in building communities in areas prone to Narcotics abuse through a collaborative process involving local communities and government agencies, so that it can change the mindset of the perpetrators of Narcotics crime and also change jobs that were initially illegal into legal jobs, and able to live independently without being related to narcotics anymore. This effort was carried out as a form of government concern, in this case, the NNB through the Directorate of Alternative Development, in order to reduce the severity that occurs in people who are prone to drug abuse and illicit trafficking.

The objective of alternative development activities is to change Narcotics-prone areas into a clean environment of Narcotics by organizing/mobilizing the community to be jointly aware and caring to create a clean environment from abuse and illicit drugs, legal, productive, independent and has positive activities.

Starting from concerns about the rampant abuse and illicit trafficking of narcotics targeting all segments of society, regardless of age, community group and type of work, the drug-prone areas in Indonesia are increasingly prevalent, where there are 654 drug-prone areas throughout Indonesia. This is a serious threat to the Indonesian people because the number of areas prone to narcotics is increasing.

The task of the Directorate of Alternative Development in fostering Narcotics-prone areas is a difficult task because it must change the area so that a clean environment from narcotics is realized. In these drug-prone areas, there are many drug dealers, couriers and of course narcotics abuse, where they are the next generation that will continue the great aspirations of the Indonesian people. We are all convinced that in order to realize a clean country from narcotics, it must change 654 such drug-prone areas to create a clean, productive, innovative, creative and independent clean area.

The Directorate of Alternative Development in fostering Narcotics-prone areas has been fostering throughout Indonesia, where the Indonesian National Narcotics Board has vertical agencies, namely BNNP at the provincial level and BNNK at the regency/city level. As we know that the National Narcotics Board has fostered in Narcotics-prone areas such as Komplek Permata, Kampung Boncos, Kampung Pertanian, Johar Baru, Menteng Tengulun, Kelurahan Pasar Baru, Kampung Muara Bahari in DKI Jakarta (Indonesia), Kampung Beting in West Kalimantan (Indonesia), Kampung Kubur in North Sumatra, Kampung Vietnam in Papua (Indonesia) and coaching in the province of Aceh (Indonesia) which has marijuana fields and farming farmers, and many more.

The success of the National Narcotics Board, in this case, the Directorate of Alternative Development, is a success that involves several parties, namely the active role of the community who are aware of the dangers of drug abuse and illicit trafficking, so that their mindset changes. In addition, there is also a good cross-sectoral collaboration, namely local government agencies, law enforcement officials and the private sector/business.

All coaching program has been carried out optimally. Starting from mapping, capacity building, monitoring and evaluation and incessantly inviting all Stakeholders and components of the nation to strive to change Narcotics-prone areas so that the Narcotics clean area is realized. Not only that, the NNB’s assisted people are invited to sell their products in events / exhibitions both held by BNN, other government institutions, and the private sector. Then, Mrs. Ria Heru Winarko, as the wife of the Head of the National Narcotics Board, is very enthusiastic and caring for the assisted people, who are always invited to take part in exhibitions and introduce their products. From that enthusiasm, the activities of the assisted people cannot be separated from the attention of the Head of the National Narcotics Board of the Republic of Indonesia to provide something more useful in the products and compete well by utilizing information technology. Finally, the National Narcotics Board collaborated with PT. ASLI RI to help raise the products of assisted citizens through applications to gain a wider market share.

Based on the idea of the Head of the National Narcotics Board, the Police Commissioner-General. Drs. Heru Winarko, S.H, currently, the National Narcotics Board has an Online Shop application called “Toko Stop Narkoba”, a collaboration between BNN and PT. ASLI RI. “Toko Stop Narkoba” is a medium for selling BNN-assisted works, including handicrafts (clutch pandanus decoupage and 3D decoupage, pandanus decoupage bags, painting veils, canvas painting bags, painting shoes, clutch with brocade fabric applications), accessories and culinary products. With the “Toko Stop Narkoba”, it is hoped that it can become a medium for BNN assisted citizens in marketing and introducing their products throughout Indonesia and the international world so that they are able to change their lives and work more progressively and more creatively in the future.

Made with passion by Vicky Ezra Imanuel